Aura Pena Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Memulung Pahala di Bak Sampah

Bak sampah tradisional di kota telah berevolusi sedemikian rupa dari fungsi kebersihan, bertambah, mula-mula dengan fungsi ekonomi: Menciptakan lapangan pekerjaan dan mengentaskan kemiskinan.  Banyak yang hidup dari bak sampah tradisional. Pemulung, pengepul besi, plastik, kardus, dan lainnya. Tidak sedikit industri kecil mengambil bahan baku di bak sampah. Usaha kerajinan, industri daur ulang, dan beberapa lagi. Belum lama berselang lahir trend yang menambah satu lagi khasanah fungsi bak sampah tradisional. Ada orang yang mau membuang perabotan, belum rusak, cuma karena dia kaya dan ingin memiliki model terbaru.  Hendak ditawarkan ke tetangga, takut membuatnya tersinggung. Nanti dibilang merendahkan, "memberi kok barang bekas".  Sementara rumah-rumah kota didesain minimalis, nyaris tiada tempat untuk gudang.  Jadi dipajangnya saja di samping bak sampah tradisional kompleks perumahan, terserah siapa yang mau ambil. Perilaku ini rupanya menular, lalu jadi kebiasaan baru. Banya

Keberadaan Belanda di Muna

Jules Couvreur Menurut catatan Jules Couvreur, yang pernah menjabat sebagai kontrolir Belanda di Muna pada 1933 sampai 1935, Belanda menginjakkan kaki di Muna tahun 1906.  Kalau begitu, Belanda di Muna tidak sampai 40 tahun. Kedatangan Jepang di Indonesia sekitar tahun 1942, sampai juga kakinya menapak di Pulau Muna. Setelah ikrar Indonesia Merdeka 1945, Muna tidak serta-merta ditinggalkan Jepang. Nipon masih berkuasa di Muna sampai beberapa waktu lagi, setidaknya sampai 1947. Papal Donation Awal mula kolonialisme itu dimulai dari Paus Alexander VI tahun 1493 atau abad ke-15 membuat peraturan yang disebut Papal Donation. Intinya membagi dua belahan dunia sama besar bertitik pada Cape Verde.  Dunia sebelah timur diberikan kekuasaan pada Portugis untuk menguasainya. Sebelah barat diberikan pada Spanyol. Dua negara ini pada saat itu merupakan pelaut ulung. Garis Barat-Timur itu, oleh Paus Julius II dinamai garis Tordesillas. Di dunia timur, tersebutlah pelaut ulung Portugis Vasco da Gama

Asal Muasal Pulau Muna

Ada dua versi asal muasal Pulau Muna menurut cerita turun temurun. Salah satunya cerita ini: Dahulu kala tempat ini semuanya masih digenangi air, pada suatu hari berlayarlah di laut sebuah perahu di dalamnya berada seorang lelaki bernama Sawirigadi (Sawerigading).  Perahu tersebut terbentur pada ujung batu karang di bawah permukaan air lalu terdampar. Sawirigadi adalah putra Raja Luwu, dan ia dilahirkan ibunya bersama dengan seekor ayam kuning sehingga dianggap mulia.  Karena terbenturnya perahu tersebut pada ujung batu karang di bawah permukaan air maka dengan tiba-tiba muncullah daratan besar dari permukaan laut, yaitu Pulau Muna sekarang ini. Setelah terdampar perahunya, berjalan-jalanlah Sawirigadi di atas daratan yang baru muncul itu. Cerita ini diabadikan dalam buku Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna, dari catatan harian J.Couvreur saat menjadi kontrolir Belanda di Muna pada tahun 1933 sampai 1935. Semacam bupati sekarang ini.  Catatan harian itu ditemukan tersimpan di perpusta