Aura Pena Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Kepala

Sepertinya saya tahu kenapa pria disebut kepala rumah tangga..... Karena perempuan secara genital tercipta tidak lengkap. Ada satu yang kurang darinya.  KEPALA Dia tidak punya kepala Jadi dia butuh kepala untuk melengkapi dirinya, mengisi "CERUK" kekurangannya, menyempurnakannya.  Sejak semula dia memang hanya bulat telur, sampai datang kepala dengan berenang-renang, lalu dia menjelma seorang perempuan cantik Setelah lahir dia tetap tidak memiliki satu kepala lainnya, pada saat lawan jenisnya lengkap dengan dua kepala. Hidup dengan satu kepala tentu tidak mudah. Belum lagi tubuhnya secara naluriah akan menuntut kepala kedua. Dia bisa dipermainkan kehidupan. Tergilir kesana kemari. Hidup tanpa arah tujuan. Menjadi objekan saja. Dieksploitasi "CERUK" kekurangannya oleh lawan jenis atau mengeksploitasinya sendiri. Maka dia harus DIKEPALAI Kepala yang tidak hanya berfungsi mengisi "CERUK" kekurangannya saja, melainkan sekaligus menjadi imam yang melindunginya

Sketsa 80-an: Pasar Lama

Pasar lama berdiri di lokasi yang sekarang Alun-Alun Raha. Seluas itu juga. Berbagi tempat dengan terminal dan pusat kuliner.  Tahun 80-an itu persis di tepi pantai. Sejumlah proyek reklamasi membuatnya sekarang jadi lebih jauh ke dalam. Wajah Pasar Lama Ramai anak sekolahan mejeng sambil menunggu mobil di terminal pada jam-jam pulang.  Sekolah dulu terbatas sehingga banyak tetangga kota turun sekolah di Raha, pulang balik naik mikrolet. Belum ada ojek. Semua bertemu di satu titik, pasar lama. Pasar dulu punya pelataran yang luas, ada tiang bendera seperti yang biasa berdiri di halaman sekolah. Pelataran itu tempat "penjual obat" beratraksi dengan sulap-sulapnya yang memukau. Bakar kertas jadi uang.  Ada Latando perform bersama ularnya. Ada Kamran pamer keampuhan obat sakit giginya, Mustari jualan obat gosok minyak serai, dan Mr Jack menawarkan obat kuat, serta banyak lagi. Selain penjual obat, di pelataran menyelip penjual es sirop gerobak, geroncong, kadang juga ada halus m

Sketsa 80-an: Musik

Seniman tahun 80-an menyuguhkan kami segala jenis musik. Mulai dari seriosa, keroncong, gambus, pop, rock, dangdut, disko, jazz, bosas, blues, country, rege, balada, sampai kasidah. Semua genre itu ada artis-artisnyanya tersendiri. Kami jadi kenal jenis-jenis musik di dunia dan percampurannya. Telinga kami kaya dengan warna-warni aliran musik.  Tidak ada di zaman kami, karena pop laris manis lalu semua artis main di pop.  Tetapi masing-masing dengan warna musiknya berusaha memikat telinga pemirsa sekuat tenaga. Jadilah mereka punya penikmat setianya sendiri-sendiri. Bila kamu berjalan-jalan keliling kota tahun 80-an, kamu akan menemukan rumah ini putar lagu ini, rumah itu putar lagu itu, tidak semua rumah terdengar nyanyian yang sama.  Sesuai selera masing-masing saja. Tiap orang memutar lagu populer dari aliran musik kegemarannya yang rilis pada saat itu. Walau memang tidak kaku seperti satu orang satu genre. Ada orang yang menyukai beberapa aliran musik, namun ada satu yang getaranny

Sketsa 80-an: Karanu

Di Raha, pohon buah-buahan tahun 80-an itu unik. Pohon terdiri atas akar, batang, dahan, ranting, daun, buah, dan botol.  Ya botol. Botol kaca. Biasanya botol Lemonade, 7up, Beras Kencur, kadang juga botol bir hitam, jenever. Keberadaan botol di sini tentu tidak alamiah, melainkan sengaja digantung oleh pemiliknya. Namanya karanu. Penangkal pencuri. Tidak banyak lahan punya pagar. Lagi pula kejahilan tidak bisa dihentikan oleh pagar. Jadi orang melindungi asetnya dengan karanu. Karanu berisi air yang sudah dimantra-mantrai dengan kutukan.  Kutukannya macam-macam. Mulai dari penyakit kuning, gatal-gatal, bengkak perut seperti ikan buntal atau disebut karanu buntuti.  Ada juga yang bikin pelaku maunya mencuri terus, dan terus, sampai ditangkap polisi baru puas. Kadang ada juga botol yang digantung hanya untuk menakut-nakuti saja. Tidak ada karanunya. Jadi kalau ketemu pohon yang ada botolnya, itu artinya empunya melarang buahnya diganggu. Mengerti sendiri saja. Entah benar atau tidak, su