Cerpen: Gelandangan dan Gentayangan Langsung ke konten utama

Cerpen: Gelandangan dan Gentayangan

Seorang pemuda gelandangan, namanya Lamun, duduk dibangku pojok sebuah taman kota. Ia sedang menghayal tingkat tinggi. Saking asiknya menghayal ia hanyut dalam alam hayal. Sementara jiwanya berkenala, tubuh kasarnya menghampa.

Pertemuan Gelandangan dan Gentayangan

Dalam keremangan senja itu, ada roh gentayangan yang lewat di taman, namanya Arwah. Melihat tubuh kosong di bangku taman, ia iseng masuk ke dalamnya. Dipakainya, dicobanya tubuh itu kesana kemari. Ia merasa cocok. Keasikan, ia lupa diri dan terus bertualang dengan tubuh temuannya itu. 

"Nanti saja kalau pemiliknya pulang baru aku keluar," pikirnya.

Di alam hayal, Lamun telah menjadi orang yang hidupnya berjaya. Hanya dalam sekejap ia bisa menjadi seorang miliarder, punya isteri cantik, rumah megah, dan semua kemewahan hidup yang diinginkan. Ia jadi enggan kembali ke tubuh pemulungnya di dunia fana. Ia memutuskan menetap di dunia hayal sampai tua, sampai tutup usia.

Menolak Warisan Orang Tua

Arwah belakangan menyadari sangkar yang dipakainya itu tubuh pria gembel. Kedua orang tua Lamun yang juga pemulung, sejak lama tiada. Ia hidup sebatang kara di kota sejak usia 7 tahun, menjadi gelandangan, tidur di bangunan-bangunan tua tak bertuan.

Beranjak dewasa, Lamun sedikit memisahkan diri dari kelompoknya. Ia tetap menjaga pergaulan dengan teman-temannya yang pemulung, hanya saja ia tidak ikut lebur menjadi pemulung. Ia punya pikiran yang sedikit melenceng. Ia tidak ingin mewarisi cara hidup dari orang tua dan lingkungannya.

Ia ingin menerobos sesuatu tapi ia tidak tahu apa dan bagamaimana caranya. Pergolakan itu dimulai saat ia berusia 18 tahun. 

"Masak jadi pemulung sampai tua," pikirnya.

Ia mulai banyak berkeliling, mengamati, mencatat dalam ingatannya cara-cara orang kaya hidup. Dan karena ia hanya menyaksikan dari luar, dari kejauhan, ia tidak melihat benang merah antara orang kaya dan sebelum seseorang menjadi kaya.

Tak heran petualangan itu membuatnya banyak bermain dengan cemburu, iri hati. Perlahan-lahan ia menuju frustasi. Lamun kemudian banyak terpekur dan melamun di pojok taman kota. Di kepalanya bermain kata andai, andai, andai.....

"Andai aku anak orang kaya seperti pria itu," batinnya.

Pedih ulu hati Arwah mengetahui kenyataan hidup Lamun. Dahulu waktu hidup di dunia, Arwah orang kaya tapi bajingan. Saat meninggal, Arwan belum diterima di langit karena dosanya banyak. Rohnya gentayangan antara langit dan bumi.

Arwah tidak pernah merasakan hidup susah sejak kecil. Ia lahir dari rahim orang kaya. Sekarang ia baru tahu susah itu apa. Ia juga paham sekarang, mengapa Lamun mengingkari kenyataan hidupnya. Arwah tergugah, Ia punya berhasrat besar untuk membantu Lamun keluar dari kegetiran hidupnya. 

Menggagas Sebuah Eskperimen

Dengan keahliannya merasuki tubuh manusia, membuat Arwah bisa mengatasi kebutuhan hidup tubuh pinjamannya. Ada-ada saja ide konyolnya. Duduk di tepi jalan, sejurus kemudian ia keluar dari jasad Lamun, merasuki tubuh orang kaya yang lewat dan menggerakkan tangannya untuk menyedekahkan uang dalam jumlah besar di kaleng rombeng.

Arwah berpikir dirinya sudah terlanjur mendapat cap buruk di alam arwah, jadi sekalian saja. Mengorbankan dirinya demi menyelamatkan orang lain, tidakkah itu sungguh perbuatan mulia?

Kesempatan berikutnya ia membuka rekening bank, lalu mulai merasuki tubuh orang kaya yang sedang menggunakan mesin ATM dan mentransfer sejumlah uang ke rekening miliknya, untuk dijadikan modal usaha.

Sedikit terlambat ia menyadari kalau kelakuannya itu kemungkinan berdampak pada Lamun. Sebab, kelakuan buruk itu akan tercatat sebagai dosa pada buku amalan Lamun.

Sampai di situ, timbul rasa tidak tega bahwa suatu hari nanti Lamun menjadi seperti dirinya terhina dan mendapat fitnah kubur. Arwah menyadari benar, dirinya tidak bisa lagi mengulang hidup di dunia fana. 

"Tapi aku masih bisa memberi ilham kepada manusia, minimal kepada Lamun," teguhnya.

Sejalan dengan tekad itu, benaknya memunculkan sebuah ide menunggangi kehidupan Lamun untuk membenahi amalan buruknya di masa lalu. Salah satu pengganjal dirinya hingga tidak mendapat tempat di alam Arwah adalah utang-utangnya. Semasa hidup, ia banyak merampas uang orang lain yang rupanya itu tercatat sebagai utang.

Ia menggagas sebuah ekspreimen. Mengumpulkan uang melalui sebuah usaha, lalu menitip dalam buku perusahaan itu perintah untuk membayar sejumlah utang atas nama dirinya. Sejalan dengan misinya membantu kehidupan Lamun, ia juga punya kesempatan memperbaiki diri sendiri dari masa lalunya.

Ia punya keahlian merasuki tubuh orang yang dengan itu bisa membuatnya memperoleh banyak uang seketika. Tapi itu tidak akan dilakukannya. Menghapus dosa dengan cara-cara yang nista sama saja bohong. Ia menyimpulkan harus membangun bisnis dengan cara yang lurus agar uangnya halal.

Arwah dan Dilemanya

"Ternyata mencari rejeki halal itu susah. Sangat jauh berbeda dengan menjalankan usaha haram," batin Arwah. 

Memang, usaha yang digelutinya semasa hidup di dunia dahulu adalah bisnis hitam. Tapi cara melakukannya justeru dengan cara-cara yang bermoral dan beretika. Komitmen dipegang teguh, integritas dijunjung tinggi.

Berbisnis dengan penjahat, kadang tidak pernah bertemu muka untuk melakukan transaksi, melainkan hanya bermodalkan saling percaya. Namun semua berjalan pada tempatnya. Saat berbisnis Narkoba misalnya, ketika mengambil barang untuk pertama kali, Arwah ditutup matanya, dibawa ke suatu tempat yang tidak dikenalinya. Kalau mau curang, ia bisa saja dibunuh lalu koper uangnya diambil. Tapi tidak.

Setelah mendapat kepercayaan, segalanya akan melangkah maju dan berkembang. Hari-hari berikutnya, ia hanya perlu mentransfer sejumlah uang, lalu esoknya "barang" sudah ada depan rumahnya tanpa tahu siapa yang membawa, jam berapa. Ia hanya mendapat pesan di pagi hari melalui handphone agar mengecek di pot bunga.

Menjalani hidup normal dan menjalankan bisnis legal ia malah sering kena tipu. Layaknya dirampok, uangnya sering amblas dibawa kabur. Kerap ia diberi barang palsu, takarannya kurang, macam-macam. Sudah itu, harganya dipermainkan pula. Arwah pening juga menghadapinya.

Bila ada orang seperti itu di dunia hitam, dapat dipastikan esok hari sudah ditemukan mayatnya di tepi jalan dengan kondisi mengenaskan. Semacam seleksi alam, maka orang munafik, pembohong, tukang tipu, tidak bisa hidup di dunia hitam. Sebab itu dunia hitam tetap terisi hanya orang-orang yang bermoral dan memiliki integritas tinggi.

Sekali berbuat curang tidak akan pernah lagi dipercaya. Bukan cuma sanksi sosial, ia juga dikenakan sangsi hukum kendatipun yang diterapkan adalah hukum rimba. Yang jelas, ada hukum. Bukan seolah-olah ada hukum seperti di dunia putih dimana kebenaran bisa dibeli, demikian pula integritas dan kehormatan.

Sebab itu di dunia putih banyak berkeliaran orang jahat. Kenyataannya, hanya orang jahat yang memiliki uang. Melalui cara-cara yang lihai, mereka "merampok" orang baik-baik. Usaha-usaha halal pada gilirannya dikuasai orang-orang yang tidak memiliki moral dan integritas itu.

Di dunia putih, orang tidak bisa mengandalkan modal kepercayaan semata, sebab bahkan perjanjian diatas kertas bisa diingkari. Mengadukan nasib pada petugas hukum, juga sama peningnya. Melaporkan kehilangan ayam malah bisa-bisa kehilangan kambing. Terlalu banyak kantung yang harus diisi. Siapa pun yang bisa mengisi kantung-kantung itu meski dalam posisi salah bisa jadi benar.

"Pantas saja orang baik mendapat tempat istimewa di alam kubur, ternyata memang berat menjadi orang baik," Arwah geleng-geleng.

Tinggal Menghayal Jadilah

Pernah hidup sebagai pengusaha sukses, sudah barang tentu Arwah menguasai prinsip dan strategi membangun usaha yang berhasil. Walau agak berat dan butuh energi ekstra, Arwah perlahan namun pasti berhasil membangun usaha sukses dengan cara yang lurus. Ia mengajak dan melibatkan teman Lamun memulung, untuk ikut serta.

Ia menghimpun para pemulung dan berusaha meyakinkan pemerintah agar mengucurkan bantuan modal usaha. Melalui pengelolaan keuangan yang baik dan manajemen yang rapi, Arwah membangun sebuah induk usaha yang lebih besar. Hal-hal seperti itu, benang merah sukses yang tidak ditemukan Lamun dalam pencariannya di pojok taman kota.

Tapi Arwah bingung, Lamun tak kunjung pulang. Arwah tak bisa berlama-lama di dunia fana. Tugas besar Arwah kini adalah menyadarkan Lamun dan membawanya kembali kepada kenyataan.

Sementara itu, di dunia hayal, Lamun semakin lena, makin tersesat jauh ke dimensi hayal. Lupa diri, lupa kenyataan.

Di sana ia tidak perlu kerja keras mendapatkan uang. Berpa pun uang yang dia ingin miliki, makanan seperti apa yang dia ingin cicipi, tinggal menghayal jadilah. Isteri yang model bagaimana, tinggal menghayal segera terwujud. Pokoknya hidupnya sangat enak. 

Arwah pernah mencoba menemui Lamun, tapi dijawab: 

"Apa bedanya hayalan dan kenyataan kalau kita percaya?" Arwah melongo.

Mencari Jodoh

Arwah tidak pernah membayangkan kejadiannya bakal serumit ini. Mulanya ia hanya ingin iseng. Sekarang, bila ia meninggalkan tubuh kasar Lamun, organ-organ tubuh itu akan segera membusuk dalam waktu tujuh hari.

"Sambil menunggu Lamun sadar, bagaimana kalau sekalian mencarikan calon isteri yang baik buat Lamun?"cetus Arwah pada diri sendiri. 

Sukses itu baru lengkap dengan kawin. Punya isteri, anak, punya sebuah keluarga kecil. Arwah bangga dengan idenya itu.

Seiring kualitas hidup yang membaik, tubuh kasar Lamun juga semakin berkualitas. Kulitnya bersih, tubuh atletisnya mendapat bentuk dari gizi yang baik. Ketampanannya menjadi tegas. Ia dikelilingi banyak wanita. Tapi karena Arwah yang bersemayam dalam dirinya, tubuh itu tidak punya hasrat secara seksual.

Kendati demikian, Arwah memperlakukan semua wanitanya dengan baik, kasih sayang dan perhatian yang selayaknya manusia biasa. Beberapa ada yang terang-terangan menawarkan diri jadi kekasih.

Arwah merasa dari sekian banyak perempuan yang ada, Senandunglah yang paling pantas untuk calon isteri buat Lamun. Senandung tidak mata duitan. Cantik dan berbudi luhur serta bermartabat.

Senandung bisa diharapakan mendukung pertumbuhan usaha Lamun, bukan menghabiskannya. Sebab itu ia mulai mendekati Senandung dan mendudukannya lebih spesial dari perempuan lainnya, dalam perhatian dan berbagai hal.

Sering SMS-an, mengajak makan malam di bawah candle light, kirim bunga. Arwah tinggal mengingat-ingat apa yang pernah dilakukan kepada kekasihnya dahulu, sewaktu masih hidup.

Bedanya, dulu ia didorong gairah secara seksual. Kali ini ia tidak merasakan apa-apa, hanya termotivasi agar Senandung mencintai sosok Lamun. 

"Bila suatu hari Lamun pulang, ia tinggal menyelesaikan bagian akhirnya," Arwah mantap.

Di lain pihak, Senandung diam-diam tertarik pada sosok Lamun jauh hari sebelumnya. Tapi ia tidak berani mengungkap. Disimpannya kekaguman itu dalam hati.

Mendapat perhatian istimewa itu, Senandung seakan mendapat lisensi mengelola Lamun dalam perasaannya. Terakhir kali, ia juga mulai tidak merasa canggung membawa Lamun dalam hayalnya dan berharap Lamun hadir dalam setiap mimpi malamnya.

Berkenalan dengan Seorang Gadis

Di dunia hayal, berapa hari terakhir Lamun kerap melihat seorang dara manis duduk seorang diri di taman alam mimpi. Gadis itu terus-terusan memerhatikan Lamun sambil sesekali melempar senyum. Wajah itu, wajah yang juga sering dilihatnya hadir di taman alam hayal. Tapi lebih banyak Lamun melihat gadis itu duduk di taman alam Mimpi, negeri jiran alam hayal.

Taman hayal dan taman mimpi, keduanya hanya dipisahkan sungai yang mengalir lembut berwarna biru. Tidak ada seorang pun yang pernah mencoba menyeberangi satu sama lain. Mungkin begitu aturannya.

Di taman mimpi, gadis itu bisa duduk berjam-jam dan beranjak pergi pada subuh hari. sedangkan di taman hayal, gadis itu biasanya datang siang hari, itu pun seperti sangat tergesa-gesa. Muncul sejenak, mengurai senyum, tidak lama, menghilang.

Keberadaan gadis itu sungguh menarik perhatiannya. Ia tidak secantik wanita-wanita dalam dunia hayal yang dibentuk nyaris sempurna oleh para penghayal kelas kakap, namun ia seperti memiliki sesuatu yang tidak dimiliki perempuan dalam dunia hayal.

Di dunia hayal segala sesuatu tinggal dihayalkan saja, lalu segera terwujud seketika itu juga. Sekali waktu Lamun mencoba menghayalkan sebuah kencan dengan gadis itu. Tidak bisa. 

Dicoba lagi, tetap tidak bisa. Ini tidak seperti biasanya. Siapa dia sebenarnya?

Yup, gadis itu tidak lain adalah Senandung yang hampir tiap malam menghayalkan Lamun sebelum tidur. Lantaran Senandung suka menghayalkan Lamun, maka hayalan itu masuk ke wilayah dimensi hayal Lamun.

Sebab, kendatipun tubuh Lamun di dunia fana bersemayam jiwa Arwah, pada dasarnya Arwah sudah meninggal. Sehingga, apabila Senandung menghayalkan Lamun yang di dunia fana disemayami oleh jiwa Arwah, hayalan itu akan dituntun kepada jiwa Lamun yang hidup, yaitu yang kini berada di dunia hayal.

Senandung tidak dibentuk oleh hayalan, ia adalah kenyataan hidup. Perempuan yang dibentuk oleh hayalan maka jiwanya dikendalikan oleh si pembuat hayalan. Senandung adalah sebuah pribadi yang berdiri sendiri, sebab itu ia memiliki kehendak eksklusif untuk mau atau tidak mau.

Tidak Bergeming

Dibalik kemewahan hidup Lamun dalam dunia hayal, diam-diam ia merasa gelisah. Memang, Lamun bisa menghayalkan perempuan model apa saja.

Tapi dalam dunia hayal--karena perempuan-perempuan itu tidak pernah nyata—mereka bisa saja dirampas orang lain terutama bila orang lain itu--seorang warga dalam dunia hayal--menginginkannya untuk dicumbu.

Perempuan di dunia hayal layaknya pelacur di dunia fana. Namanya pelacur, semua orang bisa membuat janji kencan. Boleh jadi pelacur itu adalah pacar atau isteri gelap seseorang. Tapi orang lain juga bisa melakukan hal yang sama dan tidak seorang pun dapat mengajukan sanggahan atau gugatan. Sambil berperan sebagai pacar atau isteri, ia adalah pelacur yang setiap saat bisa digandeng orang lain.

Begitulah, terkadang sementara Lamun duduk berdua istrinya, bermanja-manja di taman istana hayalnya, tiba-tiba isteri Lamun melayang dan terbang dari sisinya. Lalu, di sudut sana isterinya dicumbu orang lain. Di depan matanya pula.

Kalau sudah begitu, Lamun biasanya menciptakan perempuan baru lagi sebagai isterinya. Program isteri lama dan anak-anaknya yang disimpan dalam otaknya tinggal di ctrl+A+del, selesai. Begitu seterusnya.

Lamun berpendapat, semestinya di dunia hayal ada kantor hak cipta, supaya setiap orang bisa mematenkan karya intelektualnya. Dengan begitu, setiap orang bisa melindungi isterinya yang susah payah dibuat melalui kreasi imajinasi dengan sentuhan seni yang tinggi.

Hanya keadaan inilah yang benar-benar mengganjal perasaan Lamun. Ia ingin sesuatu yang privat. Seorang perempuan yang hanya dimiliki seorang diri, yang mana perasaan kedua insan diikat oleh sesuatu yang kuat melalui aturan yang disepakati bersama-sama.

Selama adanya ikatan itu, orang lain tidak boleh menyentuhnya. Melanggarnya adalah kejahatan dan mesti mendapat sanksi.

Ia jadi ingat metode pernikahan di dunia fana. Sebuah metode yang tampaknya sepele, sebagian orang menilai buang waktu dan tenaga, namun efeknya terhadap keteraturan kehidupan sungguh luar biasa.

Hanya saja Lamun tidak sudi lagi kembali ke dunia fana. Ia enggan menerima kenyataan hidupnya di dunia sebagai pemulung. Meski ada sedikit kekurangan, ia merasa keadaannya jauh lebih bagus di alam hayal.

Menjadi Pesolek

Entah sudah berapa banyak kali ia melirik arlojinya, waktu serasa lamban bergerak. Lamun mondar mandir di teras rumahnya. Sebentar-sebentar masuk lagi ke kamarnya, berdiri di depan cermin, meneliti apa yang perlu dirapikan dari penampilannya.

Mengendus keteknya dan kembali menyemprotkan minyak wangi untuk kesekian kalinya. Selalu saja Ia merasa kurang yakin dengan beberapa semprotan sebelumnya. Lamun memuji seulas senyumnya di cermin, lalu berjalan keluar, kembali ke teras, mendongak ke sebuah bangku di taman mimpi. Masih kosong.

Seperti biasa, Senandung datang sekitar pukul 24.00 nyaris setiap malam. Kalau sudah menjelang tengah malam, Lamun mandi dan mengenakan busana terbaiknya, melumurkan wangi-wangian termahal lalu nongkrong di taman rumahnya menunggu Senandung hadir di bangku taman mimpi.

Meski kejadianya hanya saling pandang dari kejauhan Lamun merasakan sensasi keindahan perasaan yang dahsyat.

Lamun merasa diperhatikan, dipedulikan. Ia merasa berarti. Untuk pertama kalinya rasa itu ia cecap sepanjang hidupnya. Dalam alam hayal, ia memang memiliki isteri dan anak, tapi semua itu adalah dirinya sendiri jua.

Mereka--isteri dan anak-anaknya--semua bertindak dan bersifat sesuai keinginan yang diinput oleh program hayal Lamun. Mereka tidak punya kepribadian yang otonom. Mereka tidak lain adalah pengejawantahan cinta Lamun pada dirinya sendiri.

Lamun mulai menyadari itu sejak kehadiran Senandung. Lamun ingin mendapatkan cinta dari orang lain selain dirinya sendiri. Ia ingin dicintai seseorang dengan cara orang lain itu mencinta, bukan sesuai cara yang diinginkan dirinya sendiri. Cinta yang tulus, yang hadir dari perasaan seseorang kepadanya.

Lemaun telah memetik sebuah pelajaran bahwa untuk mencintai diri sendiri, tidak ada yang dapat mengalahkan diri sendiri. Mencintai diri sendiri ternyata membuat kesepian, menciptakan tembok alienasi dari cinta orang-orang di sekitarnya.

Di duni hayal, semua bekerja sesuai keinginannya tanpa ada penentangan. Hidup monoton, tidak ada variasi, tidak ada kejutan.

Perhatian Senandung membuat hatinya semarak, warna-warni. Ia jadi sibuk membuat dirinya pantas untuk mendapat perhatian. Lamun menjadi sangat bergairah, semisal, ia mulai rajin mematut dirinya di cermin, bersolek, mencoba berbagai gaya senyum.

Keseringan dibesut, kehadiran Senandung lama kelamaan menjadi semacam candu. Sekali saja Senandung absen, Lamun merasa seperti seonggok sampah di keranjang mewah.

Tujuh Hari yang Berantakan

Kalau sudah bertemu Senandung, Lamun punya kebiasaan baru yang tidak terpuji. Tiba di rumah langsung tidur, memeluk guling dan membelakangi isterinya. Ia bahkan tidak lagi mengalami cemburu bila tiba-tiba isterinya melayang, terbang, "dipakai" orang lain.

Ini yang Lamun suka dari Senandung. Senandung tidak bisa ditarik kesana kemari. Di taman, Senandung hanya duduk menghadapi Lamun. Lain dari itu datang menggoda, diacuhkannya. Intinya, Lamun makin kesengsem pada Senandung.

Suatu malam, Lamun membuat lingkaran ketujuh pada tanggal di kalendernya, sebagai tanda hari-hari tanpa kehadiran Senandung.

Hidupnya sepekan ini kacau balau. Ia jadi suka mabuk-mabukan. Tidur di emper-emper toko. Ia tidak lagi memerhatikan dirinya. Keadannya jadi kusut, tidak beda saat ia menjadi pemulung dahulu.

Waktu isterinya datang dan mengomel, Lamun menghayalkan isterinya jadi kodok lalu jadilah kodok. Lamun tertawa sendiri melihat hasil perbuatannya itu. Isterinya yang sudah jadi kodok, meloncat-loncat menuju got dan menceburkan diri ke dalamnya sambil berkata,"preeet".

Lamun balas berucap,"met nah." 

Jatuh dari Langit

Lamun dengan segala pertimbangannya memutuskan kembali ke dunia fana. Ia tak kuat lagi untuk tidak bertemu Senandung, agar segera tahu apa yang tengah terjadi.

Begitu masuk wilayah dunia fana, Lamun otomatis terseret masuk kembali ke dalam tubuhnya. Di sisi lain, Arwah merasa dirinya dibetot keluar dari tubuh kasar Lamun secara paksa. Arwah terdesak dan terhempas jauh.

"Aduh, kau, kau siapa, argh…." Lamun berteriak kesakitan, tapi masih sempat bermuka marah kepada sosok Arwah yang tampak terguling-guling di lantai.

Lamun berusaha bangun, tapi sekali lagi ia mengerang karena tubuhnya terasa sakit luar biasa. Begitu meneliti dirinya, Lamun baru sadar kalau dirinya sedang terbaring di ranjang rumah sakit, tangannya terhubung dengan selang infus. Ia melihat ada beberapa orang dalam kamar, salah satunya berdiri di sisinya dan terdengar mengucap alhamdulillah.

"Akhirnya dia sadar," kata suara lelaki yang berdiri di tepi ranjang Lamun. Semua yang ada dalam ruangan mendadak girang, berkaca-kaca.

"Ada apa ini?" Lamun bertanya. Ia ingin bangkit, lupa kalau tubuhnya sakit. Sejurus ia mengerang keras dan selanjutnya pasrah menerima keadaannya yang baru sebagai pasien di sebuah rumah sakit.

"Sudah tiga hari tuan tidak sadarkan diri," kata lelaki itu.

"Eh, sepertinya aku kenal kau. Bukankah kau Pulung?" tebak Lamun.

Yang ditanya membuat senyum lebar, girang, terutama karena kalimat itu menjelaskan kondisi otak sahabatnya itu. Pulung adalah teman Lamun memulung tapi keadaannya jauh berbeda dengan penampilannya sekarang semenjak menjadi manajer.

Pulung teringat pesan dokter bahwa kecelakaan itu menciptkan benturan lumayan keras di kepala Lamun.

"Tapi jangan kahwatir, kami sudah membereskannya," Pulung terngiang ucapan dokter beberapa hari lalu.

"Dan, beruntung sekali," tambah dokter, "benturan itu tidak sampai membuat kerusakan parah pada jaringan otaknya.

Hari ini, Pulung merasa bangga sekaligus puas. Ia merasa keputusannya sudah benar menunjuk dokter itu menangani Lamun. Itu dokter terbaik di kotanya.

"Kata dokter, mas harus istirahat dulu, jangan banyak bergerak dan berpikir," saran Pulung pada Lamun.

Disudut kamar, terlihat rekan-rekan Pulung mengangguk, memberi persetujuan.

"Aku kenapa?" tanya Lamun.

"Tuan habis kecelakaan. Dokter sudah menanganinya. Sejauh ini tidak ada yang perlu dirisaukan. Tuan hanya butuh sedikit pemulihan," jawab Pulung.

"Kecelakaan apa? Di mana? Aku tidak kecelakaan. Aku…." Lamun menghentikan kalimatnya. Ia sadar kalau melanjutkan ceritanya, ia bisa dikatakan gila.

"Terus mereka itu siapa?" tanya Lamun.

Pulung menunduk, menahan tangisnya tidak pecah. 

"Wah gawat, masih ada yang belum dibereskan dokter," Pulung membatin, sebelum akhirnya menjawab,"itu karyawan bapak di kantor.Yang tengah itu sekretaris bapak, namanya Seprianti."

Lamun melongo. 

"Apa-apan ini," bisik hatinya.

Amnesia

Setelah boleh keluar dari RS, Lamun segera diajak Pulung masuk kantor. Pulung sengaja berbuat itu untuk membantu mengembalikan ingatan Lamun.

Upayanya gagal. Lamun bukan lupa tapi memang tidak pernah mengalami.

"Begitu ya," hanya itu yang bisa diucap Lamun mendengar uraian pangjang lebar Pulung. Ia melihat fotonya di dinding saat menjadi pembicara di sebuah seminar, juga saat ia meresmikan perusahaan. Di meja kerjanya ada foto seseorang yang sangat dikenalnya, Senandung.

"Apa ini masih di alam hayal ya," Lamun membatin. 

Dicobanya menghayalkan sekretarisnya jadi kodok, tapi tidak terjadi apa-apa.

"Itu siapa?" tanya Lamun pada Pulung.

"Itu pacar tuan, namanya Senandung," jawab Pulung sambil menggigit bibirnya, sembari perlahan-lahan hatinya menuju ambang putus asa.

"Sekarang dimana dia," susul Lamun.

"Emmm, dia meninggal dalam tabrakan itu tuan," Pulung terbata-bata.

Lamun terguncang, darahnya berdesir hebat, muncul banyak bintang-bintang di pupil matanya, ia pingsan.

Seisi kantor lesu. Mereka merasa kehilangan tuannya. Lupa ingatan yang dialami bosnya ternyata parah. Itu kesimpulan final mereka.

Sebuah Keputusan

Lamun mengadakan rapat keesokan harinya. Dalam rapat itu ia menyatakan pengunduran dirinya dari perusahaan dan menyerahkan kendali perusahaan kepada Pulung, sahabat karibnya.

Keputusan yang dianggap tidak waras ini selanjutnya dianggap waras demi pertimbangan keselamatan dan kelanjutan jalannya perusahaan.

"Kau sudah gila apa?" Pulung tidak percaya. Pulung protes. 

"Ini impianmu dulu, kau ingat?" susul Pulung.

Waktu mengucap kata kau ingat, semua pegawai menoleh pada Pulung. Pulung merasa seperti terdakwa.

"Impian itu sudah terwujud. Kini aku punya impian yang baru lagi. Rapat ditutup," kunci Lamun.

Pulung melongo.

"Jangan lupa dikatup Lung eh pak direktur, ntar lalat bikin sarang," goda Seprianti sembari membubarkan diri. 

Menghadapi Kenyataan

Lamun telah memutuskan memulai hidup baru, dari awal, meninggalkan semua kenikmatan yang tidak pernah diusahakan sendiri.

Bila menerima kenikmatan itu, Lamun merasa tak ubah hidup alam alam hayal, alam yang justeru ingin ditinggalkannya dan kembali kepada realita. Kendatipun realita itu pahit, dari kepahitan itulah seseorang bisa benar-benar menikmati apa yang dinamakan kebahagiaan.

Rupanya inilah yang dimaksud oleh seseorang atau lebih tepatnya Arwah yang pernah datang semasa ia masih di dimensi hayal. Orang yang sama dilihatnya di rumah sakit, yang terlontar keluar dari tubuhnya dan jatuh terguling di lantai.

Orang itulah yang berceritera tentang Lamun di dunia fana bukan lagi seorang pemulung tetapi sudah menjadi direktur yang memimpin sebuah perusahaan.

"Jadi, semua ini perbuatan dia rupanya," Lamun menghela nafas sambil mendongak ke langit. 

"Terima kasih, tapi maafkan aku, aku ingin menjadi diriku sendiri," hembusnya.

Menurut prasangka perasaannya, ia sudah puluhan tahun berada di perantauannya di dunia hayal. Tapi melihat kalender yang ada di dunia fana, Lamun terkejut kalau hanya sembilan bulan seluruh kehidupan yang dijalaninya di alam hayal. Berati dirinya baru saja masuk 21 tahun.

Kembang Cinta

Lamun mendaki sebuah bukit sambil menyandang seikat kembang. Ia mendatangi makam Senandung. Sedikit sekali pertemuan dengan Senandung, itu pun dalam mimpi. Tapi kesan di hati Lamun begitu dalam dan indah. Pertemuan di dimensi hayal itu seolah-olah bukan hayalan.

"Karenamu aku kembali," Lamun berlutu di pusara yang belum kering benar. Matanya redup, hatinya temaram.

"Aku baru saja hendak memulainya tapi kau keburu mengakhirinya," lirih Lamun.

Langit sore merona jingga. Kenangan bersama Senandung satu persatu berkelebat di pelupuk matanya dalam warna sepia, seperti kelebat bayang-bayang kelompok burung camar yang beranjak pulang di ujung petang itu.

Di depan batu nisan bertuliskan Sephia Nanda Manurung (Senandung), ia meletakkan seikat kembang yang tersemat kepadanya sebuah catatan:

Apa Bedanya Hayalan dan Kenyataan Kalau Kita Percaya. Aku cinta kamu dalam hayalan dan kenyataan. Dariku, Lamun.

Langit pun Tersenyum

Di kantor PT Gembel Jaya, Pulung memeriksa pembukuan. Ini hari pertamanya duduk di kursi direktur. Ia menemukan sejumlah catatan utang yang harus dibayar perusahaan. Ia terlihat mengkerutkan dahi, memanggil sekretarisnya. 

"Bayarkan segera," perintah Pulung.

Di atas cakrawala, Arwah tidak dapat berkata-kata. Ini tidak seperti akhir yang dia bayangkan dalam benaknya. Tapi sungguh mati, ia salut dan kagum pada sikap yang diambil Lamun. Terkejut, haru, sedih, bangga, campur aduk dalam perasaannya. Tak sadar matanya menghangat.

Buru-buru dihapus air matanya waktu dua malaikat datang menghampiri, memberi salam penghormatan lalu membawanya ke langit, menuntunnya ke sebuah pekarangan. 

"Silahkan, mulai saat ini anda berhak menggunakan rumah itu. Tempatmu sementara menunggu sampai hari kiamat tiba," kata Malaikat.(*)

Kendari, 4 Maret 2011

Baca Juga:
Cerita Mini: Ketika Nadi Bergetar



Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Cara ke Wakatobi

Wakatobi terletak di segitiga terumbu karang dunia, sehingga memiliki kekayaan hayati yang sangat tinggi. Keindahan bawah laut Wakatobi membuat dia dijadikan Taman Nasional Wakatobi pada 1996 oleh pemerintah Indonesia. Wakatobi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dia merupakan gugusan pulau dengan pulau utama Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Nama Wakatobi diambil dari akronim keempat pulau. Menurut situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu dari 50 taman nasional di Indonesia, dengan total area seluas 1,39 juta hektare, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Kedalaman air di taman nasional ini bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter di bawah permukaan air laut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sultra, Wakatobi terdiri atas 8 kecamatan, memiliki 142 pulau s

Tempat Keramaian Kendari, Wisata Malam Ruang Terbuka

Kota Kendari punya beberapa pilihan tempat kongko di ruang terbuka, tempat orang membentuk keramaian umum. Beberapa di antaranya menjadi tempat wisata malam pelepas penat, mengendurkan urat syaraf, menurunkan ketegangan setelah seharian sibuk beraktivitas.  Kendari, daerah yang perkembangan kotanya melingkari Teluk Kendari, tidak heran kebanyakan wisata kuliner, hotel, dan spot foto hits dibangun di tepi teluk, menjual view teluk dan dua landmark Kendari yang ikonik, Jembatan Teluk Kendari dan masjid terapung Al Alam. Berikut ini pilihan wisata malam ruang terbuka dan tempat-tempat keramaian yang populer.  1. Kendari Beach Kendari Beach dengan latar Teluk Kendari dan Masjid Al Alam di kejauhan Ada sepenggal jalan bypass di Kemaraya, jalur sepanjang Taman Teratai sampai Meohai Park, sebuah taman yang diapit Jln Ir H Alala dan Jln Sultan Hasanuddin, tempat keramaian pertama di Kendari sejak 80-an dan masih eksis sampai hari ini sebagai tempat favorit nongkrong. Panjangnya hanya kurang le

Kerajaan Besar di Sultra Berakar dari Kedatuan Luwu kecuali Buton

Bila mencermati cerita rakyat masing-masing 4 kerajaan besar di Sulawesi Tenggara bagaimana kerajaan-kerajaan itu terbentuk, dalam ibarat, setiap cerita mewakili satu kepingan puzzle. Apabila keempatnya digabungkan maka terbentuklah satu gambaran utuh dan menyeluruh, yang dapat diambil satu kesimpulan dari padanya. Bahwa raja pertama Kerajaan Mekongga, Konwe, dan Muna, kecuali Kerajaan Buton, ketiganya berasal dari akar yang sama, yaitu Kedatuan Luwu di zaman Sawerigading. Raja pertama Mekongga Larumbalangi adalah keluarga Sawerigading, Raja pertama Konawe Wekoila atau We Tenrirawe juga keluarga Sawerigading. Wekoila kakak beradik dengan Larumbalangi. Kemudian, Raja Muna pertama suami We Tenri Abeng, kembar emas Sawerigading. Bahasa lainnya Ipar Sawerigading. Merujuk epos Lagaligo, suami We Tenri Abeng adalah Remang Rilangi. Sementara itu, Kerajaan Buton dibentuk oleh 4 laki-laki pendatang dari rumpun melayu pada akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14, yaitu Sipanjongan, Sijawangkati, S