Berburu Korupsi di Rana Butur Langsung ke konten utama

Berburu Korupsi di Rana Butur

Emilwan Ridwan SH, Kepala Seksi Intelijen Kejari Raha

Proses penyidikan kasus dugaan korupsi dana hibah Pemerintah Kabupaten Buton Utara (Butur) telah sampai pada tahap penyitaan aset.

Sejumlah surat dan dokumen yang dibutuhkan adanya di Ereke.

Berbekal Ford Ranger dan pengawalan polisi, duo jaksa, Juli Isnur dan Emilwan Ridwan, selama tiga hari mengobrak-abrik sarang Kasim SH, Pj Bupati Butur.

Selasa (27/10) pagi, yang mendebarkan, tim penyidik Kejari Raha menguatkan keberanian berangkat ke Butur. Bukan cuma siap menghadapi resiko perlawanan tapi juga siap menjajal medan Butur yang terkenal garang, apalagi di musim penghujan seperti ini.

Hari masih pagi, jarum jam menunjuk angka 8. Kabut di udara telah sirna tapi kabut was-was menyelimuti rombongan berjumlah 9 orang. Kasintel Emil dan Kasipidus Juli ayang akrab disapa Boy, dibantu asistennya masing-masing, Sawal dan Darman.

Ditambah pengawalan bersenjata lengkap yang diberikan Polres Muna sebanyak empat orang, Brigadir Arwan, Briptu Safri Malaka, Briptu Zainul dan Briptu Jumadi.

Satu lagi, Ny Nasir, juru masak diperlengkapi perbekalan makanan dan perlengkapan masaknya. Peraturannya, tim tidak boleh makan kecuali masakan Ny Nasir. Prinsipnya, perjalanan didesain steril.


Selain itu, karena menghadapi medan garang, maka perjalanan sengaja dibuat bernuansa piknik guna meminimalisasi ketegangan. Hanya satu kebijakan yang tidak pernah disepakati kelompok, yaitu kendali kemudi harus dipegang Boy.

Sekedar catatan, kenyamanan merayap di aspal hanya sejenak, Memasuki perbatasan Buton-Butur, aspal hilang. Ford Ranger seolah berjalan di tengah ombak ganas. Jalan di depan seperti bubur lumpur. Sejumlah longsor membuat separuh jalan hilang, jembatan rusak dan sedang dibangun membuat kendaraan harus menyelami sungai di bawahnya.

Emil memimpin pasukannya keluar dari lumpur

“Kalau sidik korupsi, Boy Ok. Tapi mengemudi di Butur eh tunggu dulu,” protes Emil. 

Buah ketidak sepakatan itu ditunjukan Emil dengan cara turun dari mobil ketika melewati dengan jembatan berupa dua batang kayu, sedangkan di kiri kanan jurang menganga dalam. Atau saat menyeberangi sungai dalam. 

“Kalau jatuh yah jatuh sendiri,” gurau Emil.

Tersesat Sejauh 15 km

Medan Butur hanya bisa dilewati double handle. Selain itu, bersiap-siaplah membeku bersama lumpur. Sinyal mobile phone tidak ada, dan hampir seluruh perjalanan adalah hutan rimba. Alhasil, jalan sepanjang kurang lebih 100 km itu ditempuh selama 11 jam. Itu pun nyaris tidak sampai, karena sempat tersesat ke Pasar Wajo.

Adalah rasa lapar yang menolong tim dari kesesatan. Rasa lapar saat memasuki jam makan siang, mengilhami tim untuk turun merebus mi instan di tepi hutan, dekat perkampungan. Kebetulan ada warga kampung yang lewat, lalu iseng-iseng ditanyai berapa jauh lagi Ereke dari situ. 

“Ini jalan menuju Pasar Wajo,” jawab si petani.

Kasipidsus Juli Isnur dan timnya, saat mengambil istirahat di sebuah hutan



Berangkat dari Baubau pukul 08.00 pagi, tiba di Ereke tepat pukul 08.00 malam. Rombongan menginap di Penginapan Buton Utara, milik H Basri, juragan kaya raya di sana. Setibanya di penginapan, Emil mengatur strategi tim di dalam, Boy keluar melayani beberapa tamu tak diundang dari tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Kewaspadaan tim Buru Sergap (Buser) ditingkatkan, intelijen diluncurkan untuk membaca situasi di luar kalau-kalau ada pergerakan mencurigakan yang kemungkinan membuat “kejutan” di penginapan. Yang jelas, kedatangan tim sudah jadi pembicaraan umum beberapa hari sebelumnya.

Hingga pagi keesokan harinya, kabar burung mengenai penghadangan dan rencana penolakan bahkan pengusiran, belum terjadi. Pukul 09.00 Wita, tim meluncur hati-hati ke kantor bupati. Kantor bupati baru saja bergeliat, tidak ada konsentrasi massa. Pegawai dan protokoler bupati seperti sudah tahu kegiatan ini.

Tidak ada sedikit pun pertanyaan, tim dibiarkan melenggang tanpa halangan. Emil dan Boy langsung mengetuk ruang bupati, menemui Kasim SH. Jaksa membeberkan izin penyitaan dari pengadilan dan sejumlah surat perintah lainnya. Lalu jaksa meminta pendampingan pejabat kepercayaan bupati untuk memeriksa dan menggeledah dokumen dan surat-surat yang dibutuhkan.

Menanggapi kedatangan jaksa, Kasim kepada wartawan mengatakan,”Yah silahkan. Kan, datangnya sah, ada izin PN,” katanya mempersilahkan. 

Saat berikutnya adalah jam-jam yang tegang di kantor bupati. Berkosentrasi di ruang Bagian Umum, sejumlah pejabat dipanggil satu per satu. Sejumlah almari disuruh bongkar berkas demi berkas.
Gaya Emil dan Juli Memeriksa Kasus Korupsi

Bisik-bisik pegawai menjadi pemandangan lainnya siang itu. Dekat jam kerja berakhir, jaksa sudah menyelesaikan misinya. Tim pulang ke penginapan membawa setumpuk tebal dokumen. Sebelum pulang, sekda mengajak makan siang dengan Wakil Ketua DPRD Butur, Rosdin STp.

Insiden Pol PP

Sedianya, tim berniat pulang hari itu juga. Mengantisipasi berbagai hal, timbul sejumlah kekhawatiran. Terutama sampainya kabar mengenai adanya rencana unjuk rasa keesokan harinya. Tapi tim tak tega menolak jamuan makan malam bupati di Kamali, kediaman Bupati Butur, pada pukul 07.00 malam.

Jamuan dengan menu sari laut itu, sempat diwarnai insiden amuk salah seorang anggota Pol PP yang bertugas di pos malam.

Sementara jaksa beramah tamah dengan bupati dan sejumlah kepala dinas usai makan malam, Ansar, petugas Pol PP tiba-tiba berteriak-teriak diluar, mendatangi Kamali dengan nada penuh amarah.

“Tangkap koruptor,” katanya lantang. 

Oknum Pol PP yang ditengarai mabuk itu langsung ditangkap ajudan bupati, sebelum pengawal jaksa bertindak mendahului. Sang pembuat onar sempat meronta dan melawan tapi segera ditenangkan beramai-ramai oleh petugas Pol PP lainnya. Tak uruang, Ny Kasim sempat keluar dan mengutuk sang oknum.

Selain satu insiden itu, tidak ada kejadian berarti dalam perjalanan pulang ke hotel. Jaksa ditandangi sejumlah tamu penting seperti Harlin Barisala, Wakil Ketua DPRD yang juga mantan anggota DPRD Muna, ada juga Ketua KPUD Butur, Kepala Dinas Kimpraswil, Armin SE, yang juga mantan pegawai Perindag Muna, Kadispenda Butur Drs Ode Baharuddin, serta kepala Dinas Kehutanan Butur Nalir Sag, mantan pegawai Dishut Muna.

Paginya, Kamis (30/10) tim bergerak pulang. Menempuh rute yang sama, namun kali ini dengan kondisi medan lebih berat karena hujan deras mengguyur Butur semalaman. Hujan itu cukup membuat medan berlumpur bertambah sukar dan licin. Tak ayal, Ford Ranger sempat terbenam dua kali sehingga perlu didorong beramai-ramai untuk keluar dari lumpur.



Sempat pula nyaris terjerumus kedalam jurang saat melewati jembatan dua batang, karena ban sedikit terpeleset. Sekedar info, berkendara di Butur, kemudi nyaris tidak barguna karena ban mobil didikte lumpur. Menantangnya, hanya akan membuat petaka. Saat itu, hanya fungsi handle yang bisa dimainkan driver untuk berenang di lumpur dengan berhasil. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempat Keramaian Kendari, Wisata Malam Ruang Terbuka

Kota Kendari punya beberapa pilihan tempat kongko di ruang terbuka, tempat orang membentuk keramaian umum. Beberapa di antaranya menjadi tempat wisata malam pelepas penat, mengendurkan urat syaraf, menurunkan ketegangan setelah seharian sibuk beraktivitas.  Kendari, daerah yang perkembangan kotanya melingkari Teluk Kendari, tidak heran kebanyakan wisata kuliner, hotel, dan spot foto hits dibangun di tepi teluk, menjual view teluk dan dua landmark Kendari yang ikonik, Jembatan Teluk Kendari dan masjid terapung Al Alam. Berikut ini pilihan wisata malam ruang terbuka dan tempat-tempat keramaian yang populer.  1. Kendari Beach Kendari Beach dengan latar Teluk Kendari dan Masjid Al Alam di kejauhan Ada sepenggal jalan bypass di Kemaraya, jalur sepanjang Taman Teratai sampai Meohai Park, sebuah taman yang diapit Jln Ir H Alala dan Jln Sultan Hasanuddin, tempat keramaian pertama di Kendari sejak 80-an dan masih eksis sampai hari ini sebagai tempat favorit nongkrong. Panjangnya hanya kurang le

4 Cara ke Wakatobi

Wakatobi terletak di segitiga terumbu karang dunia, sehingga memiliki kekayaan hayati yang sangat tinggi. Keindahan bawah laut Wakatobi membuat dia dijadikan Taman Nasional Wakatobi pada 1996 oleh pemerintah Indonesia. Wakatobi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dia merupakan gugusan pulau dengan pulau utama Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Nama Wakatobi diambil dari akronim keempat pulau. Menurut situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu dari 50 taman nasional di Indonesia, dengan total area seluas 1,39 juta hektare, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Kedalaman air di taman nasional ini bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter di bawah permukaan air laut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sultra, Wakatobi terdiri atas 8 kecamatan, memiliki 142 pulau s

Nandooto, Gunung Tertinggi Kedua di Sultra Ditaklukkan Agustus 2023

Gunung Nandooto atau Osu Nandooto merupakan puncak gunung tertinggi kedua di Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan ketinggian 2.421 meter di atas permukaan laut (Mdpl), berada di hamparan Pegunungan Tangkelemboke Kabupaten Konawe. Adapun puncak gunung tertinggi pertama di Sultra adalah Gunung Mekongga yang terletak di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) dengan ketinggian 2.640 Mdpl. Pegunungan Tangkelemboke berdiri memanjang dari bagian barat hingga ke timur dan utara, masuk di wilayah administratif Kabupaten Konawe dan Konawe Utara (Konut) serta Kolaka Timur (Koltim).  Butuh 8 Hari untuk Sampai di Puncak Tim ekspedisi dan eksporasi Mahacala UHO Kendari menaklukkan puncak Gunung Nandooto di Pegunungan Tangkelemboke Konawe, gunung tertinggi kedua di Sulawesi Tenggara . Tim Ekspedisi dan Eksplorasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mahacala) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari berhasil menaklukkan puncak tertinggi Pegunungan Tangkelemboke, Osu Nandooto, pada 29 Agustus 2023. Untuk sampai ke puncak dibutuhk